Minggu, 14 April 2013

Mengatasi Keracunan parasetamol



Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang menstruasi, dan diindikasikan juga untuk demam. Obat ini menjadi pilihan analgesik yang relatif aman bila dikonsumsi dengan benar sesuai petunjuk penggunaan.

Parasetamol boleh dikonsumsi tidak lebih dari 5 hari untuk anakanak, dan 10 hari untuk dewasa dengan dosis seperti pada tabel. Perlu diingat bahwa penggunaan parasetamol adalah antara lain untuk mengatasi rasa sakit, sementara rasa sakit itu sendiri adalah manifestasi dari suatu penyakit, artinya obat ini hanya menghilangkan gejala yang timbul tanpa mengobati penyebab penyakit. Banyak kesalahan dalam mengkonsumsi obat ini, karena obat digunakan secara terus menerus untuk menghilangkan gejala rasa sakit yang timbul. Misalnya seorang yang sering merasakan sakit kepala, untuk mengatasi sakit kepalanya selalu minum parasetamol. Bila gejala yang dirasakan tidak hilang setelah efek obat habis, yang bersangkutan seharusnya segera konsultasi ke dokter untuk dicari penyebab penyakitnya sehingga dapat diobati penyebabnya dengan benar. Karena parasetamol merupakan obat bebas yang digunakan secara luas oleh masyarakat, maka kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penggunaan yang dapat menyebabkan keracunan parasetamol cukup besar, sehingga dirasa perlu untuk memberikan informasi mengenai cara untuk mengatasi keracunanparasetamol sebagai edukasi untuk mencegah terjadinya keracunan obat tersebut.

Farmakokinetik
Parasetamol yang diberikan secara oral diserap  secara cepat dan mencapai kadar serum puncak dalam waktu 30 120 menit. Adanya makanan dalam lambung akan sedikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat. Parasetamol terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih kurang 25% parasetamol dalam darah terikat pada protein plasma. Waktu paruh parasetamol adalah antara 1,25 - 3 jam. Penderita kerusakan hati dan konsumsi parasetamol dengan dosis toksik dapat memperpanjang waktu paruh zat ini. Parasetamol diekskresikan melalui urine sebagai metabolitnya, yaitu asetaminofen glukoronid, asetaminofen sulfat, merkaptat dan bentuk yang tidak berubah.

Mekanisme keracunan
Sebagaimana juga obat-obat lain, bila  penggunaan parasetamol tidak benar, maka berisiko menyebabkan efek yang tidak diinginkan. Parasetamol dalam jumlah 10 - 15g (20-30 tablet) dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati dan ginjal. Kerusakan fungsi hati juga bisa terjadi pada peminum alkohol kronik yang mengkonsumsi parasetamol dengan dosis 2g/hari atau bahkan kurang dari itu. Keracunan parasetamol disebabkan karena akumulasi dari salah satu metabolitnya yaitu Nacetyl- p-benzoquinoneimine (NAPQI), yang dapat terjadi karena overdosis, pada pasien malnutrisi, atau pada peminum alkohol kronik.

Penegakan Diagnosa
Penegakan diagnosa keracunan parasetamol dilakukan setelah mendapatkanriwayat/anamnesa yang jelas dari korban maupun saksi (keluarga atau penolong). Saat melakukan anamnesa, tenaga medis harus menanyakan apakah korban sedang menjalani terapi menggunakan obat-obatan yang bersifat menginduksi enzim CYP2E1 (seperti isoniazid), atau obat-obatan yang meningkatkan metabolisme enzim CYP450 (seperti fenobarbital  dan rifampisin). Selain itu harus diketahui jugaapakah pasien mempunyai riwayat mengkonsumsi alkohol secara kronik serta periksa kondisi pasien, apakah pasien tersebut mengalami malnutrisi. Pemberian antidot (Nasetilsistein) dilakukan setelah mendapatkan hasil konsentrasi parasetamol dalam plasma pada pasien maksimal 4 jam setelah parasetamol ditelan.

Penatalaksanaan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama saat menemukan korban yang dicurigai keracunan parasetamol adalah sebagai berikut:
- rangsang muntah (tindakan ini hanya efektif bila parasetamol baru ditelan atau peristiwa tersebut terjadi kurang dari 1 jam sebelum diketahui)
- berikan arang aktif dengan dosis 100 gram dalam 200 ml air untuk orang dewasa dan larutan 1 g/kg bb untuk anak-anak.
Bila kadar serum parasetamol di atas garis toksik (lihat nomogram) maka N-asetilsistein dapat mulai diberikan dengan loading dose 140mg/kg BB secara oral, lalu dosis berikutnya 40 mg/kg BB diberikan setiap 4 jam. Larutkan asetilsistein ke dalam air, jus atau larutan soda.

Bila terjadi muntah spontan, maka pemberian asetilsistein dapat dilakukan melalui sonde lambung (nasogastric tube) atau berikan metoklopramid pada pasien untuk mengatasi kondisi muntah tersebut. Terapi asetilsistein paling efektif bila diberikan dalam waktu 8-10 jam pasca penelanan parasetamol. N-asetilsistein harus diberikan secara hati-hati dengan memperhatikan kontraindikasi dan riwayat alergi pada korban, terutama riwayat asthma bronkiale.

Keracunan parasetamol perlu ditatalaksana secara serius dan tepat meskipun korban tidak menampakkan gejala keracunan. Dengan tatalaksana yang tepat kerusakan akibat keracunan yang mungkin timbul dapat diminimalisir, bahkan sebelum gejala keracunan tersebut terdeteksi. Apabila dicurigai telah terjadi keracunan parasetamol, segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat untuk mendapatkan informasi dan petunjuk seputar penanganan keracunan.


dr. Meilandna M Ulli
- Sentra Informasi Keracunan Nasional-

Pustaka:

1. Olson, K. R., Poisoning and Drug Overdose 5th ed, McGraw-Hill Inc., 2007, p. 68-71.
2. Tierney, L.M., Current Medical Diagnosis and Treatment 43rd ed, McGraw-Hill Inc, 2004, p. 1555-1556.
3. AHFS 2010
4. IONI 2008
5. Http://emedicine.medscape.com/article/820200- overview (di unduh Mei 2010)
6. Http://poisons.co.nz/fact.php?f=33&c=21 (di unduh Mei 2010)



0 komentar:

Posting Komentar

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Copyright © 2012. Al Mulk - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz